Jumat, 16 Desember 2011


Berikut saya upload sebuah video berisi kutipan wawancana Sigourney Weaver yang berperan sebagai Mary Girffith dalam film prayers for bobby (baca : http://mevoiceforu-mevoiceforu.blogspot.com/2011/12/ketika-usaha-menyembuhkan-bobby.html)
Dalam interview ini Sigourney menceritakan pendapatnya mengenai isu LGBT :)
selamat menonton teman !

Kamis, 15 Desember 2011

Love of siam

Film yang berasal dari negeri gajah butih (Thailand.Red) menceritakan mengenai persahabatan dua orang anak laki-laki. Mew dan Tong....Mew digambarkan sebagai anak yang lembut, kerasa kepala dan pandai bermain piano dan tinggal berdua dengan neneknya, sementara Tong lebih pemberani dan tinggal dengan orang tua beserta kakaknya.
Persahabatan keduanya dimulai ketika Tong menolong Mew yang diganggu oleh sekelompok anak nakal di sekolah, keduanya berpisah saat keluarga Tong memutuskan meninggalkan kota mereka tinggal. meski begitu takdir rupanya masih mempertemukan mereka saat keduanya di sekolah tingkat atas. saat itu Mew sudah menjadi penyanyi salah satu boyband yang terkenal
Dari sanalah mereka berdua menyadari kalau perasaan yang mereka miliki lebih dari sahabat....mampukah mereka mewujudkan cinta mereka ? atau mereka harus mengubur dalam-dalam cinta mereka demi kebahagiaan orang - orang disekitar mereka ?
Silahkan teman - teman nonton sendiri filmnya :)
Bagi yang kesulitan menemukan download link bisa hubungi saya

20 things you should know about gay

1. Gay bukanlah suatu penyakit atau gangguan jiwa, jadi tidakbisa disembuhkan maupun ditularkan
2. Penyebab gay sampai saat ini masih menjadi perdebatan, tapi hormon XQ 28 diduga berperan penting dalam pembentukan orientasi homoseks
3. Siapapun bisa menjadi gay, tidak peduli ras, suku, agama, status sosial dan tingkat pendidikannya
4. Menjadi gay bukanlah suatu PILIHAN, karena tidak ada satu gay pun yang pernah bercita-cita menjadi gay
5. Stigma masyarakat terhadap gay masih negatif karena selama ini media massa hanya mengekpos kehidupan seks dan kriminalitas kaum gay, sedikit media massa nasional yang pernah memberitakan hal positif tentang kaum gay
6. Semua gay bisa berprestasi di bidang yang ditekuninya
7. Dalam dunia gay ada istilah Top, Bottom dan Versatile yang dimana istilah ini mengacu pada role mereka saat berpacaran
8. Ada gay yang tidak memiliki ketiga peran di atas atau no label
9. Gay dan Waria adalah dua istilah yang berbeda
10. Gay tidak selamanya kemayu
11. Coming out adalah hal tersulit yang dilakukan gay (termasuk lesbi, biseksual dan transgender)
12. Kebanyakan gay memilih menjauh dari keluarga karena merasa tidak nyaman dengan atmosfer keluarga yang menolak keberadaan mereka
13. Tidak semua gay suka free-sex, ada gay yang lebih menyenangi suatu hubungan yang serius
14. Tidak ada yang membedakan hetero dan homo baik dari sisi fisik maupun psikologis yang membedakan hanya SELERA mereka saja
15. Dalam dunia gay dikenal istilah chubby chaser , yaitu julukan bagi mereka-mereka yang menyukai gay dengan ukuran tubuh yang besar
16. Tidak semua gay menyukai laki-laki yang atletis, selera mereka berbeda-beda layaknya heteroseks yang memiliki selera berbeda-beda juga
17. Psikiater atau psikolog tidak akan menyembuhkan gay, mereka akan mengajak gay untuk bisa lebih menerima keadaan dirinya
18. Di USA sedang heboh remaja gay bunuh diri, alasaanya karena mereka mengalami abuse secara verbal oleh teman-temannya dan tidak berani bercerita pada orang tuanya
19. Jangan menghubungkan gay dengan psikopat, karena itu adalah dua hal yang bertolak belakang
20. Banyak kaum gay yang tetap taat beribadah, meskipun agama yang mereka anut mengecam meraka

sex n drugs

Seks ? everybody needs sex (gak munafik), yang jadi persoalan dsni bukan masalah seksnya , tapi lebih akibat dari perilaku seks itu sendiri…banyak loh masyrakat yang kasi cap kalo jadi gay pasti rentan HIV/AIDS or gay itu suka drugs, bener gak sih kyk gtu ??
Memang yang namanya manusia itu butuh seks, bahkan seks dimasukin dalam kebutuhan primer manusia. tapi biarpun merupakan kebutuhan primer bukan berarti kita bisa muasin nafsu seks kita anytime n anywhere seperti nafsu makan n minum. tapi meskipun gitu ya banyak orang2 yang kadang gak pikir panjang klo nafsu seks uda ke ubun2, pasti deh cari pelampiasan..n ini berlaku juga buat para homoseks, seperti yang udh saya jelasin d blog saya sebelumnya kalo secara fisik homoseks sama dengan hetero begitu dari sisi biologis, yang beda cuma tempat pelampiasannya aja:D
and FYI nggak semua gay/lesbi/biseks itu doyan free sex…banyak dari gay/lesbi/biseks yang nggak pernah ML karena mereka cuma mau ML ma BF/GF mereka aja…(mereka juga kyak hetero yang punya rasa setia). tapi kok masyarakat bisa punya streotipe klo homo itu pasti deh ujung2nya mati kena HIV/AIDS ? kalo boleh saya jawab itu semua berakar dari banyaknya kasus para homoseks yang meninggal karena HIV/AIDS, tapi kan penyebabnya blum tentu karena free seks ? bisa saja karena mereka drugs. di industri film porno, gayporn industry itu lebih concern dengan safe sex, ini sebenarnya merupakan satu bukti real kalo homoseks peduli ttg kesehatan mereka jadi kalo ditanya bener gak homoseks itu rentan HIV/AIDS ? menurut saya itu semua kembali ke individu masing2, sama halnya seperti homoseks, kalo para hetero lakuin free sex mereka juga ya rentan tuh kena HIV/AIDS jadi HIV/AIDS bukan cuma punya para homoseks ajaaa …trus gmna dengan drugs ???
Menurut buku yang saya baca gak semua homoseks itu makek obat lo ya…kebanyakan dari mereka yang drugs itu sebagai bentuk pelampiasan akibat penolakan keluarga dan lingkungan mereka, ya iyalah gimana mereka nggak mau drugs wong kalo ketauan anaknya jadi homo orang tua biasanya langsung mencaci maki anaknya, mengurung mereka di kamar, memperketat pengawasan, n paling ekstrem diusir dari rumah, padahal loh mereka itu pengen dimengerti n dihargai seperti apa adanya mereka bukan dihina ato dicaci maki, so menurut saya nggak nyalahin klo mereka jdi pemake, wong diluar rumah sono mereka lebih bisa diterima oleh orang2 yang lebih memahami mereka (nggak mesti teman2 yang senasib), trus pas mereka ditawarin drugs, entah sebagai bentuk solidaritas or untuk ilangin stress mereka mulai mencoba n lama lama timbul rasa ketagian….padahal menurut saya coba deh ortu yang tau anaknya memiliki orientasi seksual berbeda melakukan komunikasi dengan anaknya, meskipun saya tau sulit sekali buat orang tua untuk nerima kenyataan yang terjadi pada anaknya, tapi bukankah jika tuhan memberimu kekurangan, dia pasti memberimu kelebihan ??
Jadi menurut saya daripda mengusir, menghina or mencaci maki anaknya, lebih baik orang tua membantu anak-anak mereka menemukan potensi diri mereka dan mendukung mereka untuk berprestasi di setiap bidang yang disenanginya (tentu aja selama hal itu baik), karena seperti para hetero, mereka juga dapat berprestasi dalam bidang yang ditekuninya….

Akui Identitasmu!!! Why Not??? (resensi singkat dari Glee)

         Berikut adalah ringkasan singkat dari teman kita Janice, saat ini Janice sedang kuliah di salah satu universitas di Surabaya mengambil jurusan psikologi, nah kalau teman - teman suka dengan tulisan Janice dan mau membaca tulisan janice lainnya, silahkan kontak Janice di emailnya yang ada di bawah halaman. Selamat membaca !
Browser Anda mungkin tidak bisa menampilkan gambar ini.
      Masa remaja, ya masa di mana laki-laki ataupun perempuan yang berusia 12-19 tahun menikmati dunianya. Ada yang bilang masa remaja adalah masa yang menyenangkan dimana pada masa itu mereka menikmati masa SMAnya atau biasa disebut high school. Hal itu juga salah satu yang menarik dari sebuah TV series Glee, mungkin sudah banyak yang tahu bagi pecinta Gleek. Namun dalam dua sesi yang di tayangkan sebenarnya film yang di proseduri oleh salah satunya adalah Ryan Murphy ini, menampilkan sebuah kehidupan remaja yang di lewati oleh berbagai intrik, sebut saja salah satunya adalah teen preagnent, gay, popularity, dan banyak hal lainnya.
      TV series ini cukup menarik di tonton karena selain menyajikan cerita yang menarik para pemainnya juga menari dan menyayi dalam sebuah paduan suara di sebuah klub bernama Glee. Salah satu pemainnya yaitu adalah Lea Michele yang berperan sebagai Rachel Berry di awal pertama season 1 ini sebenarnya sudah menunjukkan bahwa sebenarnya Rachel ini mempunyai dua orang ayah yang gay, dan dia diadopsi sejak bayi, terlihat bahwa salah satu isu yang diangkat sebenarnya adalah isu mengenai homoseksual. Tak hanya itu dalam serial yang tayang di Amerika ini ada seorang murid di dalam klub Glee ini yang sebenarnya adalah gay, yang di perankan oleh Chris Colfer sebagai Kurt Hummel. Sebenarnya isu homoseksual ini sebenarnya jika kita lihat seperti Amerika sudah banyak diangkat salah satunya dalam film ini, seperti dimana kedua orang tua angkat Rachel adalah seorang gay, dan bagaimana proses Kurt Hamel yang gay dalam pergaulan dan penerimaan keluarganya semua di jelaskan di sini.
      Seperti Kurt Hummel, yang di ceritakan kehidupan dia sebagai laki-laki yang gay namun ia ingin menutup-nutupi jati dirinya bahwa ia adalah gay dengan bergabung dalam football team dan membawa pacarnya kerumah, namun sebelumnya ia sempat takut memberi tahu pada ayahnya bahwa ia gay, namun ayahnya sudah mengetahui bahwa ia gay karena sejak umur 3 setelah mamanya Kurt meninggal ia ulang tahun main tea time dan reaksi ayahnya hanya menyakinkan kembali dan ayahnya selalu membela Kurt anaknya. Seperti saat Kurt Hummel merasa perhatian ayahnya berkurang karena ayahnya menyukai ibunya Finn, ia berpura-pura menjadi laki-laki agar perhatian ayahnya kembali. Pada awalnya Kurt menyukai Finn yang diperankan oleh Cory Monteith, namun karena tidak menyukai Kurt karena semua di Glee klub bahwa dia adalah gay, dan teman-teman di dalamnya mensupport dan melindungi Kurt.
      Di season 2 Glee ini, cukup menarik karena dalam sesi ini Kurt yang di sekolah sering di bully oleh teman-temannya dan yang paling parah adalah seorang dari tim football bernama Karofsky dan Azimio. Dimana sebenarnya Karofsky ini menyukai Kurt pernah Kurt di cium paksa dan itu membuat Kurt menangis, dan akhirnya Karofsky mengancam Kurt agar tidak memberi tahu siapapun tentang masalah itu. Sehingga Will yang diperankan oleh Matthew Marrison yaitu guru yang mengajar di Glee klub berusaha mengambil langkah untuk membantu Kurt yang selalu mengalami bully oleh Karofsky dan Azimio. Seluruh teman-teman yang lainnya pun akhirnya ikut terlibat dalam masalah yang dialami Kurt. Karena hal tersebut, Will pun kembali bertindak hingga akhirnya ayah dari Karofsky dipanggil ke sekolah. Burt Hummel ayah Kurt dan Carole ibunya Finn akhirnya menikah, namun tak lama setelah menikah Kurt karena muak akan sikap Dave Karofsky kepadanya di McKinley High sampai memikirkan untuk pindah ke Dalton Academy Warblers. Disana terdapat seorang murid bernama Blaine (Darreb Chriss) yang ternyata juga merupakan seorang gay. Dimana dalam Dalton Academy juga ada paduan suara yang bernama “The Warblers”.
      Tentu saja karena kepindahan Kurt ke Dalton membuat New Direction mencari personel baru. Yang menarik di season ke 2 ini adalah kisah Kurt yang sebenarnya menyukai Blaine yang menguatkan Kurt saat ia di bully oleh Karofsky, dan itulah yang membuat Kurt menyukai Blaine, namun Blaine menyukai orang lain dan saat Blaine menembak pelayan yang di sukainya di sebuah toko GAP, namun walaupun pada episode ke 12 sesi 2 ini kisah cinta Blaine berakhir buruk karena pelayan GAP itu marah karena Blaine mengungkapkan rasanya di toko membuat pelayan GAP itu di keluarkan dan orang-orang tahu bahwa ia adalah gay. Kurt juga membantu walaupun kaget karena Blaine menyukai orang lain. Namun pada akhirnya Blaine menyukai Kurt. Blaine adalah penyanyi utama di Wabler sehingga Blaine memutuskan untuk berduet dengan Kurt di regionals setelah ia tersentuh melihat Kurt yang menyanyikan lagu Blackbird sesudah Pavarotti, burung kesayangan The Wallbers mati, Kurt sedih sekali sesudah Kurt menyanyi, Blaine memutuskan akan berduet dengan Kurt di Sectional.
      Seperti salah satu tokohnya Brittany dan Santana. Santana ternyata cewek lesbian yang diperankan oleh Naya Rivera, dia mengaku pada Brittany yang di perankan oleh Heather Morris kalau dia cinta dengan Brit, namun waktu itu Brit berpacaran dengan Artie (Kevin McHale). Akhirnya Santana dan Karofsky bepura-pura pacaran agar Santana bisa dianggap menjadi pahlawan Glee Club untuk mengembalikan Kurt ke McKinley High.Hal itu dilakukan agar mereka berdua terpilih menjadi King dan Queen saat prom night. Kurt pun akhirnya kembali ke McKinley High dan berpisah dengan Blaine dan juga Warblers. Namun pada saat prom pun tiba di episode 20 sesi 2, dimana  Karofsky terpilih sebagai Prom King, dan Kurt terpilih sebagai Prom Queen. Santana marah pada Karofsky karena ia tidak terpilih dan akhirnya Brit menenangkan Santana. Kurt merasa terhina dan kaget karena ia adalah seoraang laki-laki tapi menjadi Prom Queen, dan ia pergi keluar dari ruangan dan Blaine mengejarnya dan berhasil meyakinkannya untuk kembali dan menerima mahkota sebagai Prom Queen. Karofsky dan Kurt diharuskan untuk berdansa di tengah ruangan. Kurt mengatakan bahwa ini adalah kesempatan bagi Karofsky untuk mengakui ia adalah gay secara terbuka. Karofsky menolaknya karena malu, dan pergi meninggalkan acara Prom. Kurt pun akhirnya berdansa bersama Blaine di iringi lagu Dancing Queen.
      Masalah penerimaan, maunpun konflik percintaan memang mewarnai TV serial ini, namun yang harus di acungi jempol adalah mengangkat isu homoseksual dan bagaimana lingkungan sosial dan emosi bercampur di dalamnya. Banyak hal yang kita bisa tarik dari film ini adalah bagaimana seseorang menjadi gay, penerimaan keluarganya, support dari teman-temannya walaupun ia gay, dan percintaan mereka memang itu hal manisnya. Namun saat salah seorang teman di Bully seperti Kurt karena dirinya Gay, dan mencoba menutup-nutupi jati diri mereka dan itu membuat Kurt tersiksa?
      Masihkah kita memandang teman atau saudara kita bahwa itu berbeda? Jika berbeda coba apa dilihat apa mereka tidak punya kelebihan lainnya seperti Kurt dan Blaine adalah dapat bernyanyi? Apa kita harus memandang mereka negatif? Namun ada baiknya film ini di tonton untuk menambah wawasan bagaimana kehidupan remaja yang mengalami berbagai macam masalahnya salah satunya adalah homoseksual. 
Nama  : Kwe Elizabeth Janice W.

Must read


Ketertarikan saya tentang isu-isu homoseksual sebenarnya berangkat dari kisah nyata yang saya alami sendiri, that's right i'm gay :), sejak kecil saya selalu merasa berbeda dengan saudara-saudara dan teman-teman laki-laki saya, entahlah kalau mereka menyukai pistol dan pedang, saya justru nyaman dengan boneka susan saya. menginjak remaja muncul keingintahuam dalam diri saya untuk mencari tahu apakah saya ini sakit atau apa, saya juga ingin mengetahui mengapa ada beberapa orang yang memiliki selera yang berbeda. Penyakitkah ? Atau hanya sebuah gaya hidup masyarakat modern ? pertanyaan - pertanyaan tersebut terus berputar di benak saya. memberontak ingin menemukan jawaban.

Ketika saya masuk fakultas psikologi salah satu universitas di Surabaya dengan satu tujuan saya harus berhasil menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya. Maka sejak awal semester saya sudah merencanakan akan menyusun skripsi mengenai homoseks. Sejak awal kuliah saya sering membaca text books mengenai homoseksualitas dan hal ini terus berlanjut. Isi - isi buku yang saya baca umumnya sama. Dan tidak ada disebutkan bahwa homoseksualitas adalah suatu bentuk penyakit, gangguan jiwa atau gaya hidup modern. Nampaknya dunia psikiatri dan psikologi sudah tidak lagi mengkategorikan homoseksualitas sebagai penyakit atau gangguan jiwa seperti pemikiran masyarakat umumnya.

Lalu muncul pertanyaan dalam benak saya, kalau dunia psikiatri dan psikologi tidak mengkategorikan homoseks sebagai gangguan jiwa maupun penyakit mengapa masyarakat masih mempermasalahkan keberadaan kaum homoseks ? Berlomba - lomba untuk menyembuhkan kaum homoseks, membawa mereka menuju ruangan psikiater atau psikolog dengan harapan mereka dapat sembuh dan terbebas dari penyakitnya. Benarkah homoseks bisa disembuhkan ?

Menilik pada istilah sembuh sendiri menurut kamus besar bahasa indonesia dapat diartikan sebagai suatu usaha menghilangkan penyakit dari dalam tubuh seseorang, nah kalau homoseksualitas sendiri bukan penyakit atau gangguan jiwa masa iya bisa sembuh ? Bagian mananya yang harus disembuhkan sedangkan kaum gay dan lesbian sendiri merasa tidak ada yang salah dengan mereka baik secara fisik maupun psikologis, yang membedakan mereka hanya selera mereka saja. Lalu mengapa masyarakat menolak ?

Penolakan dari masyarakat adalah suatu hal yang wajar karena masyarakat kita menganut paham heteronormativitas, yaitu suatu norma yang hanya menyetujui atau memaklumi kalau idealnya laki - laki berpasangan dengan perempuan dan sebaliknya, bukannya malah berpasangan dengan sesama jenisnya. Ditambah lagi adanya stigma - stigma negatif terhadap kaum homoseks seperti drugs user dan penganut paham free sex membuat masyarakat beropini homoseksual tidak lebih dari sebatas suatu gaya hidup masyarakat modern yang isinya tidak lepas dari perbuatan - perbuatan negatif yang berujung pada munculnya penyakit seperti HIV/AIDS. Tidak dapat disangkal memang ada kaum gay dan lesbian yang berperilaku demikian tapi tidak sedikit juga kaum gay dan lesbian berprestasi. Kemanakah teman - teman kita yang berprestasi itu ? Mengapa keberadaan mereka tidak pernah terendus oleh masyarakat ?.

Dari beberapa buku yang saya baca dapat saya tarik suatu kesimpulan kalau keberadaan mereka tidak pernah terendus oleh masyarakat karena media massa tidak pernah mengeksposnya, media massa cenderung mengekspos perilaku - perilaku negatif dari kaum homoseks, seperti ketika ada pembunuhan beberapa tahun lalu yang dilakukan oleh seorang gay, media massa berlomba - lomba mengeksposnya dengan lebih menonjolkan pada homoseksualnya bukan pada kasus pembunuhannya sendiri, sehingga masyarakat akan berpendapat bahwa kaum homoseks adalah seorang pembunuh berdarah dingin, padahal menurut saya siapapun bisa menjadi pembunuh, tidak peduli apapun orientasi seksnya. Saya rasa apabila media massa memberikan porsi berimbang pada masyarakat mengenai dunia homoseksual maka masyarakat akan memperoleh banyak informasi mengenai homoseksual. Informasi yang mungkin selama ini belum terekspos oleh media massa.

Lalu apa penyebab seseorang bisa menjadi homoseks ? Seperti yang sudah sering dibicarakan oleh beberapa pakar psikiatri dan psikologi, penyebab seseorang menjadi homoseks masih dalam perdebatan, ada yang mengatakan faktor - faktor biologis seperti hormon, kromosom dan hypothalamus namun ada juga yang mengatakan faktor-faktor psikososial seperti pola asuh ibu yang dominan dan ayah yang lemah, dan kegagalan dalam fase phallic dalam tahap perkembangan psikoseksual, lebih jauhnya banyak yang mengatakan kalau adanya interaksi keduanya sebagai penyebab.

Bagaimana dengan saya sendiri ? Saya sendiri sependapat ada interaksi antara faktor biologis dan psikososial, dimana faktor biologis sebagai fuel atau bahan bakarnya sedangkan psikososial sebagai triggernya. Atau sederhananya. Inside every homosexuals there's a gay fuel, psychosocials are just trigger to light it. Dan siapa saja yang bisa menjadi homoseksual ? Jawabannya siapa saja bisa berpotensi menjadi homoseks tidak peduli ras, suku, status sosial, agama, dan pekerjaan.

Pada tahun 2011 ini saya sudah dua kali membagikan pemahaman saya mengenai dunia homoseksual, yang pertama pada bulan April 2011 dimana saya mengikuti lomba psychoposter di Universitas Hang Tuah Surabaya, awalnya saya sempat agak takut kalau poster saya akan menuai banyak protes dari penonton lomba, tapi pada hari lomba saya melihat antusiasnya penonton mendatangi poster saya. Saya mendapatkan banyak pertanyaan dari penonton mengenai homoseksual, seperti siapa sajakah yang bisa menjadi homoseksual, apakah homoseksual bisa disembuhkan, dan mengapa seseorang bisa menjadi homoseksual. Pertanyaan - pertanyaan tersebut membuat saya semakin yakin kalau masyarakat kita kurang atau lebih tepatnya belum memahami kalau homoseksual sudah bukan gangguan jiwa maupun penyakit melainkan hanya perbedaan orientasi seks semata.

Pengalaman saya lainnya yaitu pada bulan Agustus 2011 dimana saya berkesempatan menjadi pembicara di Singapura mengenai isu-isu homoseksualitas, disana saya mendengarkan banyak cerita dari peserta dari belahan dunia lain mengenai kondisi homoseksual di negara mereka. Ternyata di Singapura sendiri kondisi homoseksual tidak lebih baik dari Indonesia, kaum homoseksual masih menutup dirinya rapat - rapat, berjuang untuk menjadi orang yang terhormat di masyarakat agar diterima meski dengan itu mereka harus mengorbankan kebahagiaan sendiri.

Dua pengalaman saya tadi benar - benar mengantarkan saya pada suatu refleksi besar bahwa di belahan bumi manapun (terkecuali Belanda) homoseksual masih merupakan isu krusial, bahkan Amerika yang terkenal dengan paham liberalnya masih pro dan kontra mengenai eksistensi kaum homoseks dan dari 50 Negara bagian di Amerika hanya sedikit yang mau mengakui adanya pernikahan sesama jenis.

Akhirnya saya mengajak pada teman - teman gay dan lesbian dimana pun kalian untuk mengembangkan segala potensi dan talenta yang mereka miliki, karena seperti yang sering saya katakan being homosexual doesn’t mean you have to be loser. Dan saya ingin memberi tahu teman - teman gay dan lesbian di luar sana kalau kalian tidak sendirian di dunia ini. Banyak teman - teman gay dan lesbian di luar sana yang memiliki pengalaman seperti kalian, penolakan, diskriminasi, hujatan dan stigma negatif sudah menjadi santapan sehari - hari. Jadikanlah semuanya sebagai pelecut semangat kalian untuk menunjukan pada dunia bahwa menjadi gay dan lesbian tidak berarti harus menjadi seorang pecundang.

Untuk orang tua yang memiliki anak gay atau lesbian. Keterkejutan, rasa marah, kecewa dan sedih yang anda rasakan saat mengetahui anak anda berbeda dari harapan anda merupakan suatu reaksi wajar yang dialami setiap orang tua, karena saya yakin tidak pernah terpikirkan oleh anda kalau suatu saat nanti anak anda justru akan menyukai sesama jenisnya. Memarahi, memukul, berusaha menutup mata, dan selalu mendiskriditkan anak anda merupakan tindakan kurang bijak. Akan lebih bijak apabila anda mulai membuka diri pada isu - isu homoseksual. Di jaman serba canggih dan modern seperti sekarang, internet sudah dapat diakses dimanapun. Anda dapat menggunakan internet sebagai salah satu media anda untuk memahami homoseksualitas, bagi yang tidak memiliki internet dapat membeli buku - buku atau menonton film - film bertema homoseksual. Salah satu film yang saya rekomendasikan untuk orang tua adalah sebuah film yang berasal dari kisah nyata yang berjudul prayers for bobby.

Percayalah semakin anda memahami perbedaan putra - putri anda dan mulai membuka diri untuk berkomunikasi dengan mereka mengenai kehidupan pribadi dan sosial sekaligus belajar mengenali pasangan anak anda akan membuat putra - putri anda merasa sangat dihargai dan menimbulkan keyakinan kalau cinta anda pada mereka tidak akan berubah meskipun mereka berbeda. Iklim seperti ini akan berdampak pada kesejahteraan secara psikologis bagi gay dan lesbian sehingga terhindar dari depresi, penyalahgunaan obat - obatan dan kecenderungan bunuh diri.

Untuk Ibu Mentri Kesehatan dan akademisi saya rasa mereka memiliki peran penting dalam memberikan sosialisasi pada masyarakat bahwa homoseksualitas bukanlah suatu bentuk gangguan jiwa maupun penyakit. Sosialisasi dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti talkshow, poster, iklan atau pakaian.

Nah, demikian tulisan singkat saya mengenai isu tabu yang sebenarnya menarik untuk dibahas namun jarang terekspos karena terbentur ketabuan yang ada di masyarakat. Semoga tulisan ini dapat membuka pintu bagi kesejahteraan psikologis bagi kaum homoseksual dimana pun. Dan masyarakat yang dapat melihat homoseksualitas sebagai suatu bentuk perbedaan selera.

Ketika usaha menyembuhkan Bobby berakhir di jembatan George Washington

Apa yang akan anda lakukan seandainya anak yang anda lahirkan dan besarkan berbeda dari kebanyakan orang ?, menerimanyakah atau anda justru akan menggugatnya habis-habisan ?, padahal anak anda sendiri tidak tahu mengapa dia berbeda.....

Sebelum teman-teman menjawabnya atau kalaupun teman-teman sudah menjawabnya silahkan jawabannya disimpan dihati dulu ya, siapa tahu teman-teman terpikir untuk merubah jawaban setelah menonton film prayers for bobby. Sebuah film yang diangkat dari sebuh kisah nyata di Amerika pada tahun 1983, menceritakan tentang keluarga Griffith yang merupakan keluarga katolik taat, layaknya keluarga pada umumnya keluarga Griffith adalah keluarga yang hangat, sampai suatu ketika Mary mengetahui anaknya Bobby berbeda dari anak laki-laki pada umumnya. ya Bobby adalah seorang gay.

Begitu mengetahui anaknya seorang gay, Mary menganggap anaknya sakit, sehingga harus disembuhkan, maka mulailah usaha penyembuhan Bobby, dimulai dari menempelkan potongan-potongan alkitab di setiap sudut rumah, membawa bobby ke psikiater dan menyusun acara kencan bobby dengan perempuan.

Semua usaha yang dilakukan oleh mary sebenarnya dapat dimaklumi karena setiap orang tua pasti akan melakukan hal serupa ketika mengetahui ank laki-lakinya yang gagah atau anak perempuannya yang cantik justru menyukai orang dari rumpun yang sama !

Usaha penyembuhan itu membuat Bobby stress dan tertekan, hal ini menyebabkan hubungannya dengan Ibunya  semakin memburuk, Bobby sendiri merasa bingung dengan keadaan dirinya, dia merasa sendirian, bahkan ibunya pun takut dan selalu menghindari topik gay, sampai pada suatu hari Bobby meminta ibunya untuk menerima dirinya apa adanya sedangkan Mary bersikukuh tidak ingin memiliki anak gay.. akhirnya Bobby memutuskan meninggalkan rumah sampai pada suatu titik dia merasa hidupnya tidak berguna lagi karena keluarganya menolak dirinya, lingkungan seakan-akan memusuhinya dan menggugatnya atas hal yang dia sendiri tidak pernah rencanakan, dan Bobby akhrinya bunuh diri dengan loncat dari jembatan


Sepeninggal Bobby, Mary mulai melakukan refleksi atas kematian bobby, diawali dengan membaca buku harian Bobby, bertanya kepada pastor dan yang terakhir adalah bergabung dengan komunitas orang tua yang memiliki anak-anak homoseks, di sana Mary menyadari bahwa betapa banyaknya orang tua yang memiliki masalah seperti dirinya, tapi bedanya mereka belajar menerima anaknya.

Di suatu malam Mary mengunjungi gereja dan disana dia menyadari kenapa selama ini Tuhan tidak menyembuhkan Bobby, Tuhan tidak menyembuhkan Bobby karena memang tidak ada yang salah dalam diri Bobby...

Nah bagaimana dengan teman-teman ???

Sisi

Ya blog pertama ini berjudul Sisi yang merupakan salah satu tokoh dalam novel berjudul "Relung-relung gelap hati sisi" karya Maestro wanita kita Mira.W. Novel ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1980-an dan bisa saya katakan sebagai novel lesbian pertama di Indonesia mengingat pada jaman sekarang saja yang sudah begitu modern isu-isu mengenai homoseksualitas masih saja dianggap tabu untuk dibicarakan atau lebih tepatnya sebaiknya tidak usah dibicarakan, apalagi ketika era 1980an ?, namun kepiawaian Mira.W meracik bumbu dalam novel ini membuat novel ini menjadi novel layak baca bagi semua kalangan tidak terbatas pada kaum lesbian.

Berikut adalah ringkasan singkat dari novel "patut baca" ini :
Novel karangan Mira.W ini mengangkat kisah seorang gadis bernama sisi yang dibesarkan oleh ibunya seorang, ayahnya sudah lama pergi meninggalkan mereka. saat duduk di kelas 3 SMA Sisi berkenalan dengan Airin, gadis pemberani dan modern, sungguh hal yang bertolak belakang dengan Sisi yang cenderung konservatif dan tertutup yang akhirnya mereka berdua menjadi sepasang sahabat

Entah bagaimana mulanya Sisi merasa bahwa dirinya menganggap Airin lebih dari seorang sahabat, ada perasaan ganjil yang tidak dia rasakan dengan teman-teman perempuannya yang lain, bak gayung bersambut Airin pun merasakan hal yang sama meskipun saat itu ia sedang berpacaran dengan Frans.


Menjelang lulus SMA mereka, tepatnya di malam perpisahan, Airin dan Sisi terpergok berpelukan di kamar mandi, dan keesokannya orang tua mereka dipanggil, lalu apa yang terjadi ? Orang tua Airin yang berasal dari kalangan jetset membawa Airin ke psikiater karena dikiranya Airin mengidap gangguan jiwa, sedangkan Ibu Sisi hanya bisa menangis....Akhirnya Airin memutuskan ke San Fransisco sedangkan Sisi memilih membunuh cintanya pada Airin....


Sekian puluh berlalu, mereka dipertemukan kembali dalam reuni SMA mereka, Airin yang seorang calon sarjana IT datang sendirian tapi Sisi yang calon dokter datang dengan temannya Handi yang kemudian akan menjadi suaminya...dari situlah Airin dan Sisi bahwa cinta mereka masih begitu kuat tidak lekang oleh waktu dan cinta itu hanya mereka yang bisa memahaminya....


Ingin tahu bagaimana endingnya ? silahkan dibaca sendiri ya teman-teman, dijamin bakalan mengaduk-ngaduk emosi kalian ^^